Thursday 31 January 2013

Humanisme

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis memperoleh kekuatan untuk menyelesaikan makalah ini, disadari bahwa makalah ini masih banyak kelemahan-kelemahan dan semata-mata karena keterbatasan penulis, baik dalam ilmu maupun pengetahuan. Makalah ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan sumbang saran dari segala pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga Yang Mahakuasa memberikan yang terbaik dan ridho-Nya kepada kita semua di kehidupan sekarang dan yang akan datang. Amien. Penulis sadar bahwa kesempurnaan hanyalah milik Yang Maha Sempurna tetapi ini adalah usaha maksimal penulis. Penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Pontianak, 13 Nopember 2011 Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 1 DAFTAR ISI 2 BAB I : PEMBUKA A. LATAR BELAKANG 3 B. MASALAH 3 C. TUJUAN 3 BAB II : PEMBAHASAN A. TEORI ABRAHAM MASLOW 3 B. PEMBELAJARAN HUMANISTIK 6 C. TEORI CARL RANSOM ROGERS 7 BAB III : PENUTUP KESIMPULAN 10 DAFTAR PUSTAKA 11 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain. Konsep tentang manusia bermacam-macam. Konsep seseorang tentang manusia dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu, filsafat hidup individu/bangsa, pengalaman hidup seseorang, ataupun pengetahuan manusia tentang dirinya. Walaupun konsep tentang manusia masih beragam dan belum tercapai kesamaan persepsi, profesi keperawatan mempunyai konsep tentang manusia yang memandang dan meyakini manusia sebagai makhluk unik, sebagai sistem adaptif, dan sebagai makhluk holistik. B. MASALAH 1. Apakah sebenarnya humanisme itu? 2. Bagaimanakah humanisme menurut teori Abraham Maslow? 3. Bagaimana cara pembelajaran humanistik ? 4. Bagaimanakah humanistik menurut teori Carl Ransom Rogers? C. TUJUAN 1. Untuk memahami tentang humanisme. 2. Untuh mengetahui teori Abraham Maslow 3. Untuk mengetahui pembelajaran humanistik 4. Untuk mengetahui teori Carl Ransom Rogers BAB II PEMBAHASAN Humanisme menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri (self-realization). Humanisme menentang pesimisme dan keputusasaan pandangan psikoanalistik dan konsep kehidupan “robot” pandangan behaviorisme. Humanisme yakin bahwa manusia memiliki di dalam dirinya, potensi untuk berkembang sehat dan kreatif, dan jika orang mau menerima tanggung jawab untuk hidupnya sendiri, dia akan menyadari potensinya, mengatasi pengaruh kuat dari pendidikan orang tua, sekolah dan tekanan sosial lainnya. A. TEORI ABRAHAM MASLOW Teori Abraham Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal yaitu : 1. suatu usaha yang positif untuk berkembang 2. kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu. Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri. Menurut Abraham Maslow, kebutuhan manusia dapat digolongkan menjadi lima tingkat kebutuhan (five hierarchy of needs), yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan cinta dan dicintai, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Akan tetapi menjelang akhir hayatnya Maslow menambah hierarki kebutuhan manusia yang keenam, yaitu kebutuhan transendensi diri. Kebutuhan transendensi diri merupakan kebutuhan yang utama dan tertinggi setelah seseorang mencapai aktualisasi diri. Pemenuhan kebutuhan tersebut, menurut Abraham Maslow, didorong oleh dua kekuatan (motivasi), yakni motivasi kekurangan (deficiency motivation) dan motivasi pertumbuhan/perkembangan (growth motivation). Motivasi kekurangan ditunjukkan untuk mengatasi permasalahan, yaitu ketegangan organistik berupa kekurangan. Sebagai contoh, lapar adalah petunjuk untuk memenuhi kekurangan nutrisi, takut/cemas adalah petunjuk untuk memenuhi kekurangan rasa aman, dan sebagainya. Motivasi pertumbuhan/perkembangan didasarkan atas kapasitas setiap manusia untuk tumbuh dan berkembang. Kapasitas ini merupakan pembawaan setiap manusia dan dapat mendorong manusia mencapai tingkat hierarki kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu aktualisasi diri. 1. Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan primer yang menjadi syarat dasar bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostasis tubuh. Sebagai syarat dasar, kebutuhan fisiologis ini mutlak terpenuhi. Jika tidak, ini dapat berpengaruh terhadap kebutuhan yang lain. Kebutuhan fisiologis tersebut meliputi oksigen, air, makanan, eliminasi, istirahat dan tidur, penanganan nyeri, pengaturan suhu tubuh, seksual, dan lain-lain. Jika kebutuhan fisiologis ini sudah dipenuhi, seseorang akan menuntut pemenuhan kebutuhan lain yang lebih tinggi, begitu seterusnya. 2. Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan Kebutuhan akan keselamatan adalah kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat dikategorikan sebagai ancaman mekanis, kimiawi, termal, dan bakteriologis. Perlindungan bukan hanya ditujukan untuk mencegah kecelakaan tetapi juga memelihara kebersihan dan kesejajaran tubuh (body alignment). Kebutuhan akan keamanan terkait dengan konteks fisiologis dan hubungan interpersonal. Keamanan fisiologis berkaitan dengan sesuatu yang mengancam tubuh dan kehidupan seseorang. Ancaman itu bisa nyata atau hanya imajinasi (mis., penyakit, nyeri, cemas dan sebagainya.). dalam konteks hubungan interpersonal, seseorang juga membutuhkan rasa aman. Keamanan interpersonal bergantung pada banyak faktor, seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengontrol masalah, kemampuan memahami, tingkah laku yang konsisten dengan orang lain, serta kemampuan memahami orang-orang di sekitarnya dan lingkungannya. 3. Kebutuhan Cinta dan Dicintai Kebutuhan cinta adalah kebutuhan dasar yang menggambarkan emosi seseorang. Kebutuhan ini merupakan suatu dorongan saat seseorang berkeinginan menjalin hubungan yang efektif atau hubungan emosional dengan orang lain. Dorongan ini akan terus menekan seseorang sedemikian rupa sehingga ia akan berupaya semaksimal mungkin untuk mendapatkan perasaan saling mencintai dan memiliki tersebut. Cinta sulit untuk didefinisikan. Cinta berhubungan dengan emosi, bukan dengan intelektual. Perasaan lebih berperan dalam cinta daripada proses intelektual. Meski demikian, cinta dapat diartikan sebagai keadaan saling mengerti yang mendalam dan penerimaan sepenuh hati. Kebutuhan untuk dicintai/dimiliki adalah keinginan untuk berteman, bersahabat, atau bersama-sama beraktivitas. Kebutuhan dimiliki sangat penting artinya bagi seseorang yang ingin mendapatkan pengakuan. 4. Kebutuhan Harga Diri Penghargaan terhadap diri sering merujuk pada penghormatan diri, dan pengakuan diri. Untuk mencapai penghargaan diri, seseorang harus menghargai apa yang akan dilakukannya serta meyakini bahwa dirinya benar-benar dibutuhkan dan berguna. Harga diri seseorang bergantung pada kebutuhan dasar lain yang harus dipenuhi. Selain itu, harga diri juga dipengaruhi oleh perasaan bergantung (dependence) dan mandiri (independence). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat dalam memenuhi kebutuhan harga diri klien. Pertama, setiap klien membutuhkan pengakuan dari orang lain. Kedua, dalam berinteraksi bersama klien, perawat harus menunjukkan profesionalisme dan menempatkan klien sebagai guru sebab perawat banyak belajar dari setiap kasus dan karakteristik klien. 5. Kebutuhan Aktualisasi Diri Kebutuhan aktualisasi diri adalah tingkat kebutuhan yang paling tinggi menurut Maslow. Aktualisasi diri adalah kemampuan seseorang untuk mengatur diri dan otonominya sendiri serta bebas dari tekanan luar. Lebih dari itu, aktualisasi diri merupakan hasil dari kematangan diri. Seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri akan memiliki kepribadian yang berbeda dengan orang lain pada umumnya. Menurut Abraham Maslow, ada beberapa karakteristik yang menunjukkan seseorang mencapai aktualisasi diri. a. Mampu melihat realitas secara lebih efisien. b. Penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa adanya. c. Spontanitas, kesederhanaan dan kewajaran. d. Terpusat pada persoalan. e. Memisahkan diri: kebutuhan akan kesendirian f. Otonomi: kemandirian terhadap budaya dan lingkungan. g. Kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan. h. Kesadaran sosial. i. Hubungan interpersonal j. Demokratis. k. Rasa humor yang bermakna dan etis. l. Kreativitas. m. Kemandirian. n. Pengalaman puncak. B. PEMBELAJARAN HUMANISTIK Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950an sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran ini secara eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam perkembangan teori psikologis. Humanistik mengatakan bahwa manusia adalah suatu ketunggalan yang mengalami, menghayati dan pada dasarnya aktif, punya tujuan serta punya harga diri. Dalam artikel “some educational implications of the Humanistic Psychologist” Abraham Maslow mencoba untuk mengkritisi teori Freud dan behavioristik. Menurut Abraham, yang terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada “ketidaknormalan” atau “sakit” seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisa Freud. Pendekatan ini melihat kejadian setelah “sakit” tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan penganjarannya pada pembangunan kemampuan positif ini. Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif, misalnya ketrampilan membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan orang lain, bagaimana mengajarkan kepercayaan, penerimaan, keasadaran, memahami perasaan orang lain, kejujuran interpersonal, dan pengetahuan interpersonal lainnya. Intinya adalah meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari. Menurut aliran humanistik, para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikukum untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini. Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai keinginan alami untuk berkembang, untuk lebih baik, dan juga belajar. Secara singkatnya, penedekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik. Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. C. TEORI CARL RANSOM ROGERS Carl Ransom Rogers (1902-1987) lahir di Oak Park, Illinois pada tanggal 8 Januari 1902 di sebuah keluarga Protestan yang fundamentalis. Kepindahan dari kota ke daerah pertanian diusianya yang ke-12, membuat ia senang akan ilmu pertanian. Ia pun belajar pertanian di Universitas Wisconsin. Setelah lulus pada tahun 1924, ia masuk ke Union Theology Seminary di Big Apple dan selama masa studinya ia juga menjadi seorang pastor di sebuah gereja kecil. Meskipun belajar di seminari, ia malah ikut kuliah di Teacher College yang bertetangga dengan seminarinya. Tahun 1927, Rogers bekerja di Institute for Child Guindance dan mengunakan psikoanalisa Freud dalam terapinya meskipun ia sendiri tidak menyetujui teori Freud. Pada masa ini, Rogers juga banyak dipengaruhi oleh Otto Rank dan John Dewey yang memperkenalkan terapi klinis. Perbedaan teori yang didapatkannya justru membuatnya menemukang benang merah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan teorinya kelak. Tahun 1957, Rogers pindah ke Universitas Wisconsin untuk mengembangkan idenya tentang psikiatri. Setelah mendapat gelar doktor, Rogers menjadi profesor psikologi di Universitas Universitas Negeri Ohio. Kepindahan dari lingkungan klinis ke lingkungan akademik membuat Rogers mengembangkan metode client-centered psychotherapy. Disini dia lebih senang menggunakan istilah klien terhadap orang yang berkonsultasi dibandingkan memakai istilah pasien. Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu: • Kognitif (kebermaknaan) • experiential ( pengalaman atau signifikansi) Kecewa karena tidak bisa menyatukan psikiatri dengan psikolog, Rogers pindah ke California tahun 1964 dan bergabung dengan Western Behavioral Science Institute. Ia lalu mengembangkan teorinya ke bidang pendidikan. Selain itu ia banyak memberikan workshopdi Hongaria, Brazil, Afrika Selatan, dan bahkan ke eks Uni Soviet. Rogers wafat pada tanggal 4 Februari 1987. Teori Humanistik Carl Rogers Meskipun teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori holistik, namun keunikan teori adalah sifat humanis yang terkandung didalamnya. Teori humanistik Rogers pun menpunyai berbagai nama antara lain : teori yang berpusat pada pribadi (person centered),non-directive, klien (client-centered), teori yang berpusat pada murid (student-centered), teori yang berpusat pada kelompok (group centered), dan person to person). Namun istilah person centered yang sering digunakan untuk teori Rogers. Rogers menyebut teorinya bersifat humanis dan menolak pesimisme suram dan putus asa dalam psikoanalisis serta menentang teori behaviorisme yang memandang manusia seperti robot. Teori humanisme Rogers lebih penuh harapan dan optimis tentang manusia karena manusia mempunyai potensi-potensi yang sehat untuk maju. Dasar teori ini sesuai dengan pengertian humanisme pada umumnya, dimana humanisme adalah doktrin, sikap, dan cara hidup yang menempatkan nilai-nilai manusia sebagai pusat dan menekankan pada kehormatan, harga diri, dan kapasitas untuk merealisasikan diri untuk maksud tertentu. Asumsi dasar teori Rogers adalah: • Kecenderungan formatif Segala hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal yang lebih kecil. • Kecenderungan aktualisasi Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke kesempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual mempunyai kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan masalahnya. Sejak awal Rogers mengamati bagaimana kepribadian berubah dan berkembang, dan ada tiga konstruk yang menjadi dasar penting dalam teorinya: Organisme, Medan fenomena, dan self. 1. Organisme Pengertian organisme mencakup tiga hal: • Makhluk hidup Organisme adalah mahkluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya dan merupakan tempat semua pengalaman, potensi yang terdapat dalam kesadaran setiap saat, yakni persepsi seseorang mengenai kejadian yang terjadi dalam diri dan dunia eksternal • Realitas Subyektif Oranisme menganggap dunia seperti yang dialami dan diamatinya. Realita adalah persepsi yang sifatnya subyektif dan dapat membentuk tingkah laku. • Holisme Organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan dalam satu bagian akan berpengaruh pada bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi dan bertujuan, yaitu tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan diri. 2. Medan Fenomena Medan fenomena adalah keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun eksternal, baik disadari maupun tidak disadari. Medan fenomena ini merupakan seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya di dunia, sebagaimana persepsi subyektifnya. 3. Diri Konsep diri mulai terbentuk mulai masa balita ketika potongan-potongan pengalaman membentuk kepribadiannya dan menjadi semakin mawas diri akan identitas dirinya begitu bayi mulai belajar apa yang terasa baik atau buruk, apa ia merasa nyaman atau tidak. Jika struktur diri itu sudah terbentuk, maka aktualisasi diri mulai terbentuk. Aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan sang diri sebagai mana yang dirasakan dalam kesadaran. Sehingga kecenderungan aktualisasi tersebut mengacu kepada pengalaman organik individual, sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh, akan kesadaran dan ketidak-sadaran, psikis dan kognitif. Kesimpulan Teori Humanistik Carl Rogers 1. Teori Rogers disebut humanis karena teori ini percaya bahwa setiap individu adalah positif, serta menolak teori Freud dan behaviorisme. 2. Asumsi dasar teori Rogers adalah kecenderungan formatif dan kecenderungan aktualisasi. 3. Diri (self) adalah terbentuk dari pengalaman mulai dari bayi, di mana diri terdiri dari 2 subsistem yaitu konsep diri dan diri ideal. 4. Kebutuhan individu ada 4 yaitu : (1) pemeliharaan, (2) peningkatan diri, (3) penghargaan positif (positive regard), dan (4) Penghargaan diri yang positif (positive self-regard) 5. Stagnasi psikis terjadi bila terjadi karena pengalaman dan konsep diri yang tidak konsisten dan untuk menghindarinya adalah pertahanan (1) distorsi dan (2) penyangkalan. Jika gagal dalam menerapkan pertahanan tersebut konsep diri akan hancur dan menyebabkan psikotik. 6. Dalam terapi, terapis hanya menolong dan mengarahkan klien dan yang melakukan perubahan adalah klien itu sendiri. BAB III PENUTUP KESIMPULAN Dalam teorinya Abraham Maslow, kebutuhan manusia dapat digolongkan menjadi lima tingkat kebutuhan (five hierarchy of needs), yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan cinta dan dicintai, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Rogers menyebut teorinya bersifat humanis dan menolak pesimisme suram dan putus asa dalam psikoanalisis serta menentang teori behaviorisme yang memandang manusia seperti robot. Teori humanisme Rogers lebih penuh harapan dan optimis tentang manusia karena manusia mempunyai potensi-potensi yang sehat untuk maju. Dasar teori ini sesuai dengan pengertian humanisme pada umumnya, dimana humanisme adalah doktrin, sikap, dan cara hidup yang menempatkan nilai-nilai manusia sebagai pusat dan menekankan pada kehormatan, harga diri, dan kapasitas untuk merealisasikan diri untuk maksud tertentu. DAFTAR PUSTAKA http://books.google.co.id/books?id=k04S1VhNLWoC&pg=PA26&dq=pembelajaran+humanistik&hl=id&ei=RBrATvr4KtDIrQez8-zJAQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CCkQ6AEwAA#v=onepage&q=pembelajaran%20humanistik&f=false http://books.google.co.id/Buku Ajar: Keperawatan Perioperatif; (Comprehensive Perioperative Nursing ... Oleh Barbara J. Gruendemann, Billie Fernsebner Pengantar aliran humanistik.pdf Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

0 comments:

Post a Comment