Thursday 31 January 2013

Permasalahan ETIK

Kata pengantar puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya dalam mata kuliah ilmu keperawatan dasar 1 Makalah ini berisikan tentang informasi pemecahan masalah etika dalam keperawatan. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang informasi di atas. kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin. Pontianak 21 november 2011 Penyusun DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 1 DAFTAR ISI 2 BABI PENDAHULUAN 3 A. LATAR BELAKANG 3 B. RUMUSAN MASALAH 3 C. TUJUAN PENULISAN 3 BAB II PEMBAHASAN 4 1. Pemecahan masalah etika 4 2. Kasus euthanasia 7 3. Kasus aborsi 10 BAB III PENUTUP 16 A. KESIMPULAN 16 B. SARAN 16 DAFTAR PUSTAKA 16 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nilai-nilai, keyakinan dan filosofi individu memainkan peranan penting pada pengambilan keputusan etik yang menjadi bagian tugas rutin perawat. Peran perawat ditantang ketika harus berhadapan dengan masalah dilema etik, untuk memutuskan mana yang benar dan salah; apa yang dilakukannya jika tak ada jawaban benar atau salah; dan apa yang dilakukan jika semua solusi tampak salah. Dilema etik dapat bersifat personal ataupun profesional. Dilema sulit dipecahkan bila memerlukan pemilihan keputusan tepat diantara dua atau lebih prinsip etis. Penetapan keputusan terhadap satu pilihan, dan harus membuang yang lain menjadi sulit karena keduanya sama-sama memiliki kebaikan dan keburukan apalagi jika tak satupun keputusan memenuhi semua kriteria. Berhadapan dengan dilema etis bertambah pelik dengan adanya dampak emosional seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat proses pengambilan keputusan rasional. Pada pasien dengan kasus-kasus terminal sering ditemui dilema etik,euthanasia dan aborsi. Pada tulisan ini akan dibahas mengenai dilema etik pada kasus pasien dengan masalah euthanasia dan aborsi. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan pemecahan masalah etik (dilema etik)? 2. bagaimana cara memecahkan masalah etik dalam kasus eutanasia? 3. bagaimana cara memecahkan masalah etik dalam kasus aborsi? C. TUJUAN PENULISAN 1. Untuk mengetahui pemecahan masalah etik (dilema etik) 2. Untuk mengetahui pemecahan masalah etik dalam kasus eutanasia 3. Untuk mengetahui pemecahan masalah etik dalam kasus aborsi BAB II PEMBAHASAN 1. Etik Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku manusia, baik secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup ke arah tujuannya ( Pastur scalia, 1971 ) 2. Etik Keperawatan Etik keperawatan adalah norma-norma yang di anut oleh perawat dalam bertingkah laku dengan pasien, keluarga, kolega, atau tenaga kesehatan lainnya di suatu pelayanan keperawatan yang bersifat professional. Prilaku etik akan dibentuk oleh nilai-nilai dari pasien, perawat dan interaksi sosial dalam lingkungan. 3. Kode Etik Keperawatan Kode etik adalah suatu tatanan tentang prinsip-prinsip imum yang telah diterima oleh suatu profesi. Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang memberikan tuntutan bagi anggotanya dalam melaksanakan praktek keperawatan, baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga masyarakat, teman sejawat, diri sendiri dan tim kesehatan lain, yang berfungsi untuk • Memberikan dasar dalam mengatur hubungan antara perawat, pasien, tenaga kesehatan lain, masyarakat dan profesi keperawatan. • Memberikan dasar dalam menilai tindakan keperawatan • Membantu masyarakat untuk mengetahui pedoman dalam melaksanakan praktek keperawatan. • Menjadi dasar dalam membuat kurikulum pendidikan keperawatan ( Kozier & Erb, 1989 ) 4. Dilema Etik Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua ( atau lebih ) landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benara atau salah dan dapat menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan. Menurut Thompson & Thompson (1985 ) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau yang salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional. B. Prinsip-Prinsip Moral Dalam Praktek Keperawatan Prinsip moral merupakan masalah umum dalam melakukan sesuatu sehingga membentuk suatu sistem etik. Prinsip moral berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam situasi tertentu. ( John Stone, 1989 ) 1. Autonomi Autonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri sendiri, berarti menghargai manusia sehingga memperlakukan mereka sebagai seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat serta mampu menentukan sesuatu bagi dirinya. 2. Benefesience Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan pasien atau tidak menimbulkan bahaya bagi pasien. 3. Justice Merupakan prinsip moral untuk bertindak adil bagi semua individu, setiap individu mendapat pperlakuan dan tindakan yang sama. Tindakan yang sama tidak selalu identik tetapi dalam hal ini persamaan berarti mempunyai kontribusi yang relatif sama untuk kebaikan hidup seseorang 4. Veracity Merupakan prinsip moral dimana kita mempunyai suatu kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya atau tidak membohongi orang lain / pasien. Kebenaran merupakan hal yang fundamental dalam membangun suatu hubungan denganorang lain. Kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya didasarkan atau penghargaan terhadap otonomi seseorang dan mereka berhak untuk diberi tahu tentang hal yang sebenarnya. 5. Avoiding Killing Merupakan prinsip yang menekankan kewajiban perawat untuk menghargai kehidupan. Bila perawat berkewajiban melakukan hal-hal yang menguntungkan (Benefisience ) haruskah perawat membantu pasien mengatasi penderitaannya ( misalnya akibat kanker ) dengan mempercepat kematian ? Kewajiban perawat untuk menghargai eksistensi kemanusiaan yang mempunyai konsekuensi untuk melindungi dan mempertahankan kehidupan dengan berbagai cara. 6. Fedelity Merupakan prinsip moral yang menjelaskan kewajiban perawat untuk tetap setia pada komitmennya, yaitu kewajiban mempertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien. Kewajiban ini meliputi meenepati janji, menyimpan rahasia dan “caring “ C. Kerangka Proses Pemecahan Masalah Dilema Etik Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan / Pemecahan masalah secara ilmiah, antara lain : 1. Model Pemecahan masalah ( Megan, 1989 ) Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik. a. Mengkaji situasi b. Mendiagnosa masalah etik moral c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan d. Melaksanakan rencana e. Mengevaluasi hasil 2. Kerangka pemecahan dilema etik (kozier & erb, 1989 ) a. Mengembangkan data dasar. Untuk melakukan ini perawat memerukan pengumpulan informasi sebanyak mungkin meliputi : • Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya • Apa tindakan yang diusulkan • Apa maksud dari tindakan yang diusulkan • Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang diusulkan. b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan yang tepat e. Mengidentifikasi kewajiban perawat f. Membuat keputusan 3. Model Murphy dan Murphy a. Mengidentifikasi masalah kesehatan b. Mengidentifikasi masalah etik c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan d. Mengidentifikasi peran perawat e. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan g. Memberi keputusan h. Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah umum untuk perawatan klien i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya. 4. Model Curtin a. Mengumpulkan berbagai latar belakang informasi yang menyebabkan masalah b. Identifikasi bagian-bagian etik dari masalah pengambilan keputusan. c. Identifikasi orang-orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan. d. Identifikasi semua kemungkinan pilihan dan hasil dari pilihan itu. e. Aplikasi teori, prinsip dan peran etik yang relevan. f. Memecahkan dilema g. Melaksanakan keputusan 5. Model Levine – Ariff dan Gron a. Mendefinisikan dilema b. Identifikasi faktor-faktor pemberi pelayanan. c. Identifikasi faktor-faktor bukan pemberi pelayana • Pasien dan keluarga • Faktor-faktor eksternal d. Pikirkan faktor-faktor tersebut satu persatu e. Identifikasi item-item kebutuhan sesuai klasifikasi f. Identifikasi pengambil keputusan g. Kaji ulang pokok-pokok dari prinsip-prinsip etik h. Tentukan alternatif-alternatif i. Menindaklanjuti 6. Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel ( 1981) Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik a. Mengumpulkan data yang relevan b. Mengidentifikasi dilema c. Memutuskan apa yang harus dilakukan d. Melengkapi tindakan 7. Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson ( 1981) mengusulkan 10 langkah model keputusan bioetis a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual. b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi c. Mengidentifikasi Issue etik d. Menentukan posisi moral pribadi dan professional e. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait. f. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada D. Strategi Penyelesaian Masalah Etik Dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan etis, antara perawat dan dokter tidak menutup kemungkinan terjadi perbedaan pendapat. Bila ini berlanjut dapat menyebabkan masalah komunikasi dan kerjasama, sehingga menghambat perawatan pada pasien dan kenyamanan kerja. (Mac Phail, 1988) Salah satu cara menyelesaikan permasalahan etis adalah dengan melakukan rounde ( Bioetics Rounds ) yang melibatkan perawat dengan dokter. Rounde ini tidak difokuskan untuk menyelesaikan masalah etis tetapi untuk melakukan diskusi secara terbuka tentang kemungkinan terdapat permasalahan etis. Kasus kasus pemecahan masalah etik dalam keperawatan 1. Eutanasia. Tn. C berusia 40 tahun. Seeorang yang menginginkan untuk dapat mengakhiri hidupnya (Memilih untuk mati. Tn. C mengalami kebutaan,diabetes yang parah dan menjalani dialisis). Ketika Tn. C mengalami henti jantung, dilakukan resusitasi untuk mempertahankan hidupnya. Hal ini dilakukan oleh pihak rumah sakit karena sesuai dengan prosedur dan kebijakan dalam penanganan pasien di rumah sakit tersebut. Peraturan rumah sakit menyatakan bahwa kehidupan harus disokong. Namun keluarga menuntut atas tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit tersebut untuk kepentingan hak meninggal klien. Saat ini klien mengalami koma. Rumah sakit akhirnya menyerahkan kepada pengadilan untuk kasus hak meninggal klien tersebut. Tiga orang perawat mendiskusikan kejadian tersebut dengan memperhatikan antara keinginan/hak meninggal Tn. C dengan moral dan tugas legal untuk mempertahankan kehidupan setiap pasien yang diterapkan dirumah sakit. Perawat A mendukung dan menghormati keputusan Tn.C yang memilih untuk mati. Perawat B menyatakan bahwa semua anggota/staf yang berada dirumah sakit tidak mempunyai hak menjadi seorang pembunuh. Perawat C mengatakan bahwa yang berhak untuk memutuskan adalah dokter. Untuk kasus yang diatas perawat manakah yang benar dan apa landasan moralnya? Pemecahan kasus dilema etis Mengidentifikasi dan mengembangkan data dasar Mengidentifikasi dan mengembangkan data dasar yang terkait dengan kasus eutanasia meliputi orang yang terlibat klien, keluarga klien, dokter, dan tiga orang perawat dengan pendapat yang berbeda yaitu perawat A, B dan C. Tindakan yang diusulkan yaitu perawat A mendukung keputusan tuan C memilih untuk mati dengan maksud mengurangi penderitaan tuan C, perawat B tidak menyetujui untuk melakukan eutanasia karena tidak sesui dengan kebijakan rumah sakit. Dan perawat C mengatakan yang berhak memutuskan adalah dokter. Mengidentifikasi munculnya konflik Penderitaan tuan C dengan kebutaan akibat diabetik, menjalani dialisis dan dalam kondisi koma menyebabkan keluarga juga menyetujui permintaan tuan C untuk dilakukan tindakan eutanasia. Konflik yang terjadi adalah pertama, eutanasia akan melanggar peraturan rumah sakit yang menyatakan kehidupan harus disokong, kedua apabila tidak memenuhi keinginan klien maka akan melanggar hak-hak klien dalam menentukan kehidupannya, ketiga adanya perbedaan pendapat antara perawat A, B dan C. Menentukan tindakan alternatif yang direncanakan Adapun tindakan alternatif yang direncanakan dari konsekuensi tindakan eutanasia adalah 1. Setuju dengan perawat A untuk mendukung hak otonomi tuan C tetapi hal inipun harus dipertimbangkan secara cermat konsekuensinya, sebab dokter dan perawat tidak berhak menjadi pembunuh meskipun klien memintanya. Konsekuensi dari tindakan ini: hak klien terpenuhi, mempercepat kematian klien, keinginan keluarga terpenuhi dan berkurangnya beban keluarga. Namun pihak rumah sakit menjadi tidak konsisten terhadap peraturan yang telah dibuat. 2. Setuju dengan perawat B karena sesuai dengan prinsip moral avoiding killing. Konsekuensi dari tindakan ini: klien tetap menderita dan kecewa, klien dan keluarga akan menuntut rumah sakit, serta beban keluarga terutama biaya perawatan meningkat. Dengan demikian rumah sakit konsisten dengan peraturan yang telah dibuat 3. Setuju dengan perawat C yang menyerahkan keputusannya pada tim medis atau dokter. Namun konsekuensinya perawat tidak bertanggung jawab dari tugasnya. Selain itu dokter juga merupakan staf rumah sakit yang tidak berhak memutuskan kematian klien. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat Pada kasus tuan C, yang dapat membuat keputusan adalah manajemen rumah sakit dan keluarga. Rumah sakit harus menjelaskan seluruh konsekuensi dari pilihan yang diambil keluarga untuk dapat dipertimbangkan oleh keluarga. Tugas perawat adalah tetap memberikan asuhan keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar klien. Menjelaskan kewajiban perawat Kewajiban perawat seperti yang dialami oleh tuan C adalah tetap menerapkan asuhan keperawatan sebagai berikut: memenuhi kebutuhan dasar klien sesuai harkat dan martabatnya sebagai manusia, mengupayakan suport sistem yang optimal bagi klien seperti keluarga, teman terdekat, dan peer group. Selain itu perawat tetap harus menginformasikan setiap perkembangan dan tindakan yang dilakukan sesuai dengan kewenangan perawat. Perawat tetap mengkomunikasikan kondisi klien dengan tim kesehatan yang terlibat dalam perawatan klien Tuan C. Mengambil keputusan yang tepat Pengambilan keputusan pada kasus ini memiliki resiko dan konsekuensinya kepada klien. Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling tepat dan menguntungkan untuk klien. Namun sebelum keputusan tersebut diambil perlu diupayakan alternatif tindakan yaitu merawat klien sesuai dengan kewenangan dan kewajiban perawat. Jika tindakan alternatif ini tidak efektif maka melaksanakan keputusan yang telah diputuskan oleh pihak manajemen rumah sakit bersama keluarga klien (informed consent). 2. Aborsi Ani berusia 16 tahun. Seorang yang hamil 4 bulan kemudian ditinggal kekasihnya, kemudian dia akan melakukan aborsi disebuah rumah sakit dengan alasan masa depan si ani tersebut. Hal itu kemudian didiskusikan oleh tiga orang perawat. peraturan rumah sakit menyatakan bahwa kehidupan harus di sokong. Namun keluarga menuntut atas tindakan yang di lakukan oleh rumah sakit tersebut , untuk masa depan putrinya. Rumah sakit akhirnya menyerahkan kepada pengadilan untuk kasus aborsi tersebut. Tiga orang perawat mendiskusikan kejadian tersebut dengan memperhatikan antara keinginan dengan moral dan tugas legal untuk mempertahankan kehidupan setiap pasien yang diterapkan di rumah sakit. Perawat A mendukung dan menghormati keputusan si Ani yang memilih untuk aborsi , perawat B menyatakan bahwa semua anggota atau staf yang berada di rumah sakit tidak mempunyai hak menjadi seorang pembunuh. Perawat C menyatakan bahwa yang berhak untuk memutuskan adalah Dokter. Untuk kasus yang di atas perawat manakah yang benar , dan apa landasan moralnya ? Pemecahan kasus dilemma etis Mengidentifikasi dan mengermbangkan data dasar. Mengidentifikasi dan mengembangkan data dasar yang terkait dengan kasus aborsi meliputi orang yang terlibat klien , keluarga klien , dokter , dan tiga perawat dengan pendapat yang berbeda , yaitu perawat A,B, dan C. Mengidentifikasi munculnya konflik Penderitaan si Ani dengan kemaluan akibat kehamilannya, menjalani dialysis dan dalam kondisi tertekan menyebabkan keluarga juga menyetujui permintaan si Ani untuk dilakukan tindakan aborsi. Konflik yang terjadi adalah pertama, Aborsi akan melanggar aturan rumah sakit yang mrnyatakan kehidupan yang harus di sokong, ke dua apabila tidak memenuhi keinginan klien maka akan melanggar hak klien dalam menentukan kehidupannya, ketiga adanya perbedaan pendapat antara perawat A, B, dan C. Menentukan tindakan alternative yang direncanakan. Adapun tindakan alternative ysng direncanakan dari konsekuensi tindakan Aborsi adalah : 1. Setuju dengan perawat A untuk mendukung hak otonomi si Ani, tetapi hak ini pun harus di pertimbangkan secara cermat konsekuensinya, sebab dokter dan perawat tidak berhak menjadi pembunuh meskipun klien memintanya. Konsekuensi dari tindakan ini : hak klien terpenuhi, melanggar norma kehidupan, keinginan keluarga terpenuhi, dan berkurangnya rasa malu dalam keluarga. Namun pihak rumah sakit menjadi tidak konsisten terhadap peraturan yang telah dibuat. 2. Setuju dengan perawat B karena sesuai dengan prinsif moral avoiding killing. Konsekuensi dari tindakan ini : klien tetap kecewa, klien dan keluarga akan menuntut rumah sakit serta beban keluarga terutama rasa malu akan meningkat. Dengan demikian rumah sakit konsisten yang telah dibuat. 3. Setuju dengan perawat C yang menyerahkan keputusannya pada tim medis atau dokter. Namun konsekuensinya perawat tidak bertanggung jawab dari tugasnya. Selain itu dokter juga merupakan staf rumah sakityang tidak berhak memutuskan kematian klien. Menentukan siapa yang mengambil keputusan yang tepat Pada kasus si Ani yang dapat membuat keputusan adalah manajemen rumah sakit dan keluarga. Rumah sakit harus menjelaskan seluruh konsekuensi dari pilihan yang di ambil keluarga untuk dapat dipertimbangkan oleh keluarga. Tugas perawat adalah tetap memberikan asuhan keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar klien. Menjelaskan kewajiban perawat. Kewajiban perawat seperti yang di alami oleh si Ani adalah tetap menerapkan asuhan keperawatan sebagai berikut : memenuhi kebutuhan dasar klien, sesuai harkat dan martabatnya sebagai manusia, mengupayakan suports system yang optimal bagi klien seperti keluarga, teman terdekat, dan peergroup. Selain itu perawat tetap harus menginformasikan setiap perkembangan dan tindakan yang dilakukan sesuai dengan kewenangan perawat. Perawat tetap mengkomunikasikan kondisi klien dengan tim kesehatan yang terlibat dalam perawatan si Ani. Mengambil keputusan yang tepat Pengambilan keputusan pada kasus ini memiliki resiko dan konsekuensi pada klien. Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling tepat dan menguntungkan untuk klien. Namun sebelum keputusan tersebut di ambil perlu du upayakan alternative tindakan yaitu merawat klien sesuai dengan kewenangan dan kewajiban perawat. Jika tindakan alternative ini tidak efektif, maka melaksanakan keputusan yang telah diputuskan oleh pihak manajemen rumah sakit bersama keluarga klien (informed consent). BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang melibatkan interaksi antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam menentukan kematian, upaya menjaga keselamatan klien yang bertentangan dengan kebebasan menentukan nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak ilmiah dalam mengatasi permasalah klien. Dalam membuat keputusan terhadap masalah dilema etik, perawat dituntut dapat mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan diri perawat dan tidak bertentang dengan nilai-nilai yang diyakini klien. Pengambilan keputusan yang tepat diharapkan tidak ada pihak yang dirugikan sehingga semua merasa nyaman dan mutu asuhan keperawatan dapat dipertahankan. B. Saran Perawat harus berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara mandiri atau secara bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan suatu dilema etik. DAFTAR PUSTAKA Jaringan Epidemiologi Nasional. (1995). AIDS dan Hukum / Etika. Seri Monogragi No:05. Jakarta : Jaringan Epidemi Nasional bekerja sama dengan The Ford Foundation. Kozier, B., Erb G., Berman, A., & Snyder S. J. (2004). Fundamentalsof Nursing Concepts Process and Practice. (7th ed). New Jerney: Pearson Education Line. Guwandi,J. (2002). Hospital Law (Emerging doctrines & Jurisprudence). Jakarta : Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Magnis –Suseno, Franz, Etika Dasar : Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral, cet. 10, Kanisius, yogyakarta, 1987

0 comments:

Post a Comment