Thursday 31 January 2013

Makalah Holism

Kata pengantar puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya dalam mata kuliah ilmu keperawatan dasar 1 Makalah ini berisikan tentang informasi definisi holism menurut Ericson, tomlin, dan swain. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang informasi di atas. kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin. Pontianak 14 november 2011 Penyusun DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 1 DAFTAR ISI 2 BABI PENDAHULUAN 3 A. LATAR BELAKANG 3 B. RUMUSAN MASALAH 3 C. TUJUAN PENULISAN 3 BAB II PEMBAHASAN 4 1. Definisi holism 4 2. Holism menurut erikkson 4 3. Holism menurut tomlin 4 4. Holism menurut swain 4 BAB III PENUTUP 6 A. KESIMPULAN 6 B. SARAN 6 DAFTAR PUSTAKA 6 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu teori yang mendasari praktik keperawatan profesional adalah memandang manusia secara holistik, yaitu meliputi dimensi fisiologis, psikologis,sosiokultural dan spiritual sebagai suatu kesatuan yang utuh. Apabila satu dimensi terganggu akan mempengaruhi dimensi lainnya. Sebagai pemberi asuhan keperawatan,konsep holistik ini merupakan salah satu konsep keperawatan yang harus di pahami oleh perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas kepada klien. Holisme adalah nama yang diberikan kepada keyakinan bahwa adalah penting bahwa semua terkait erat. Holistik Sebuah melihat dirinya terus-menerus sebagai bagian dari keseluruhan dan menganggap yang lain (manusia, hewan, tumbuhan atau objek) sebagai yang lain aku. Holistik ini memandang pemisahan sebagai ilusi yang diciptakan oleh pikiran. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan definisi holisme? 2. apa definisi holism menurut erikkson? 3. apa definisi holism menurut tomlin? 4. apa definisi holism menurut swain? C. TUJUAN PENULISAN 1. Untuk mengetahui defenisi dari holisme 2. Untuk mengetahui definisi holism menurut erikkson 3. Untuk mengetahui definisi holism menurut tomlin 4. Untuk mengetahui definisi holism menurut swain BAB II PEMBAHASAN Pengertian holism Holistik merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan keperawatan yang meliputi dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual. Dimensi tersebut merupakan suatu kesatuan yang utuh, apabila satu dimensi terganggu akan mempengaruhi dimensi lainnya. Holistik terkait erat dengan kesejahteraan (Wellnes). Untuk mencapai kesejahteraan, terdapat lima dimensi yang saling mempengaruhi yaitu: fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Untuk mencapai kesejahteraan tersebut, salah satu aspek yang harus dimiliki individu adalah kemampuan beradaptasi terhadap stimulus. Erikson, Tomlin dan Swain (dalam Marriner-Tomey, 1994) Mengemukakan tentang holism, yang memandang bahwa manusia adalah individu secara keseluruhan yang terdiri dari banyak subsistem yang saling ketergantungan dan tidak dapat dipisahkan. Hal ini terkait dengan pembawaan yang berhubungan dengan keturunan dan pengendalian spiritual.Tubuh, pikiran, emosi dan semangat merupakan unit keseluruhan yang sifatnya dinamis. Bersifat saling mempengaruhi dan mengendalikan satu sama lain. Interaksi dari berbagai subsistem ini tidak dapat dipisahkan, yang akhirnya menghasilkan holism.Holistik berkaitan dengan kesejahteraan (wellness) yang diyakini mempunyai dampak terhadap status kesehatan manusia. Anspaugh (dalam Kozier,1995) menyatakan bahwa untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan, ada lima dimensi yang saling terkait dan ketergantungan dan dimiliki oleh tiap individu, yaitu: 1. Dimensi fisik Kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari, pencapaian kehehatan, memelihara nutrisi secara adekuat dan berat badan ideal, terhindar dari ketergantungan obat dan alkohol atau rokok serta secara umum melakukan kebiasan hidup positif. 2. Dimensi sosial Terkait dengan kemampuan seseorang berinteraksi secara baik dengan orang lain dan lingkungan, membina dan memelihara keakraban dengan orang lain serta menghargai dan toleransi terhadap kepercayaan yang berbeda. 3. Dimensi emosional Menekankan bahwa individu memiliki kemampuan untuk menghadapi stress dan mengekspresikan emosi dengan baik. Kesejahteraan emosional, bila dapat mengenal, menerima dan mengekspresikan perasaan dan kekurangan orang lain. 4. Dimensi intelektual Terkait dengan kemampuan seseorang untuk belajar dan menggunakan karier.Kesejahteraan intelektual meliputi usaha meneruskan pertumbuhan dan belajar menghadapi masalah baru secara efektif. 5. Dimensi spiritual Terkait dengan keyakinan dalam beberapa hal seperti: alam, ilmu, agama atau kekuatan yang lebih tinggi yang membantu manusia mencapai tujuan kehidupan. Meliputi moral, nilai, dan etik yang dimiliki seseorang. Berdasarkan konsep di atas, dapat dijelaskan bahwa seorang perawat dalam merawat pasien harus memandang sebagai satu kesatuan yang utuh. Bagian-bagian atau dimensi saling berinteraksi dan apabila terjadi gangguan pada salah satu bagian akan mempengaruhi keseimbangan dan keutuhan kesatuan tersebut. Teori Modeling dan Role Modeling ( Erickson ) MODELING DAN ROLE MODELING Teori model dan role modeling (MRM) menjelaskan paradigma dan teori tentang keperawatan. Teori dan paradigma model dan role modeling dibangun dari berbagai konsep. MRM dikategorikan dalam grand theory yang meliputi sejumlah middle range theory . MRM dapat diaplikasikan pada praktik klinik, program pendidikan dan juga penelitian. Teori ini berdasarkan filosofi dan asumsi tentang manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan. MRM baik secara deduktif maupun induktif diturunkan dari pengalaman praktik, studi empiris dan beberapa teori dasar (Maslow, Erickson, Piaget, Bowlby, Winnicottt, Enggel, Lindemann, Seyle, Lazarus dan Saligman). Secara skematis ditampilkan sebagai berikut. Dari bagan tersebut dapat dijelaskan tentang teori modeling dan role modeling. Teori modeling dan role modeling memandang manusia secara holistik. Manusia adalah holistic yang memiliki beberapa subsistem yang saling berinteraksi. Subsistem tersebut yaitu biofisikal, psikologikal, sosial dan kognitif. Penyerapan dari seluruh subsistem adalah merupakan satu kesatuan, yang meliputi genetic dan spiritual, termasuk juga tubuh, pikiran, emosi dan semangat (spirit) yang saling mempengaruhi dan mengontrol. Interaksi dari subsistem tersebut dan keutuhannya disebut holistic. Setiap individu dilahirkan dengan sepasang gen yang akan menampilkan perbedaan pertumbuhan, perkembangan dan respon dalam kehidupan. Genetik ini membangun karakteritik yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu. Genetik mempengaruhi bagaimana seseorang merasakan dirinya dan dunianya. Genetik juga membuat individu berbeda satu sama lainnya, masing–masing memiliki keunikan. Individu mempunyai insting untuk berafiliasi dengan individu lain. Individu membutuhkan kemampuan untuk bergantung pada suport system sementara pada saat yang bersamaan secara simultan mempertahankan kemandiriannya dari support system tersebut. Mereka butuh perasaan yang mendalam dari keduanya “ saya dan kita “, dan untuk merasakan kebebasan dan penerimaan dari keduanya (saya dan kita ). Konsep sentral teori modeling dan role modeling yaitu pasien sebagai manusia yang holistik dan memiliki kemampuan berafiliasi. Dalam melakukan perawatan, perawat diharapkan mampu menerapkan modeling dan role modeling. Modeling adalah perkembangan dari gambaran dari situasi citra perspektif klien. Ilmu dari Modeling adalah kesatuan dari keilmuan dan analisis dari data klien yang dikumpulkan. Modeling terjadi sebagai penerimaan dan pemahaman perawat terhadap kliennya secara holistik. Modeling, dapat disimpulkan bahwa klien adalah sebagai model yang menjadi focus perawat untuk memahami klien dan mengembangkan rencana asuhan keperawatan guna mencapai status kesehatan yang optimal. Seni Role Modeling terjadi ketika perawat merencanakan dan mengimplementasikan intervensi yang unik bagi klien. Keilmuan dari Role Modeling terjadi saat intervensi keperawatan yang berdasarkan teori dalam praktik keperawatan. Role Modeling adalah inti dari asuhan. Role Modeling membutuhkan penerimaan tanpa syarat dari seseorang untuk mendorong dan memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan seseorang sebagai modelnya. Role Modeling mengawali langkah kedua proses analisis keperawatan untuk merencanakan intervensi keperawatan. Role modeling dipandang sebagai seperangkat rencana keperawatan yang dibuat bersama klien untuk menjadi acuan dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan. Keperawatan adalah bantuan yang holistic dari seseorang dengan aktifitas perawatan dirinya yang berhubungan dengan kesehatannya. Ini merupakan proses interaksi interpersonal yang merupakan kekuatan asuhan untuk dapat berkembang, bebas dan meneruskan sumber-sumber koping dengan lingkungan sekitarnya. Tujuannya untuk mencapai status kesehatan yang optimal. Penerimaan pasien tanpa syarat. Menerima manusia sebagai sesuatu yang unik, bermanfaat dan sebagai individu yang penting tanpa adanya batasan. Sangat penting untuk memfasilitasi individu dalam mengembangkan kemampuannya. Perawat menggunakan empati untuk menolong individu, belajar menerima dan menghormati klien. Penerimaan memfasilitasi terjadinya menggerakkan sumber-sumber yang dibutuhkan sebagai usaha individu untuk beradaptasi dan mencapai keseimbangan. Lebih lanjut Ericson memaparkan bahwa konsep manusia yang holistik memiliki perkembangan sepanjang masa. Perkembang kehidupan melalui tahap Psikososial dan kognitif ( Irvin, 1997 ) a. Tahap psikologi Setiap tahap perkembangan menampilkan tugas perkembangan yang sangat menentukan, membuat keputusan antara alternative tingkat dasar ( misalnya percaya vs. tidak percaya atau otonomi versus ragu-ragu). Sebagai individu yang matang dapat bernegosiasi atau mengatasi krisis setiap tahapan perkembangan tersebut, individu mempunyai daya tahan yang kuat dan sikap untuk berperan dalam pembentukan karakter dan kesehatan individu sesuai budayanya. b. Tahap Kognitif Perkembangan berpikir seperti yang terjadi pada perkembangan psikososial dan sikap. Piaget meyakini bahwa perkembangan kognitif itu terjadi secara runtun dan dia juga mengidentifikasi beberapa proses dari periode tersebut. Intinya ada empat periode : yaitu sensori motor, pre operasional, operasional dan operasional formal Disamping hal tersebut Erickson menjelaskan bahwa individu yang holistik dan unik disebabkan oleh kemampuan individu tersebut untuk beradaptasi seperti bagan berikut Kemampuan manusia untuk berafiliasi juga terut menentukan kemampuan adaptasinya. Adaptasi terjadi sebagai respon individu terhadap stressor internal dan eksternal dalam kesehatan dan pertumbuhan. Adaptasi menggerakkan sumber-sumber koping internal dan eksternal. Bila adaptasi terjadi tidak satu subsitem-pun dalam kondisi bahaya. Kemampuan individu untuk menggerakkan sumber-sumber digambarkan oleh The Adaptive Potential Assessment Model (APAM). APAM mengidentifikasi tiga perbedaan kemampuan koping: membangun (impoverisment), keseimbangan (equilibrium) (adaptif dan maladaptif), dan memperbaiki (Arousul). Masing-masing pernyataan ini mengetengahkan perbedaan kemampuan untuk menggerakkan sumber-suber perawatan diri. Pergerakan yang dimaksud disini dipengaruhi oleh kemampuan seseorang untuk bertahan dan adanya stressor baru. Perawat dapat menggunakan model ini untuk meramalkan kemampuan individu dalam menggerakkan sumber-sumber perawatan diri dalam menghadapi stress( Hertz, 1997 ) Keperawatan dipandang sebagai proses interaksi interpersonal dalam upaya mengembangkan potensi individu, mengenali masalah kesehatan yang dihadapi serta mengembangkan sumber-sumber coping individu terhadap lingkungan sekitarnya. Perawat hanya berperan sebagai fasilitator bagi klien untuk mengenal, mengatasi dan mengembangkan dengan lingkungan social dalam upaya mencapai kesehatan yang optimal. Asuhan merupakan gabungan dan integrasi dari kognitif, fisiologik dan proses sikap dengan membantu klien untuk memelihara kesehatan yang holistic. Asuhan dilakukan oleh perawat dalam upaya untuk mengetahui dan memahami model personal klien dalam perspektif klien dan untuk menghargai nilai dan kepentingan klien BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Holistik merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan keperawatan yang meliputi dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual. Dimensi tersebut merupakan suatu kesatuan yang utuh, apabila satu dimensi terganggu akan mempengaruhi dimensi lainnya. Erikson, Tomlin dan Swain (dalam Marriner-Tomey, 1994) Mengemukakan tentang holism, yang memandang bahwa manusia adalah individu secara keseluruhan yang terdiri dari banyak subsistem yang saling ketergantungan dan tidak dapat dipisahkan. B. Saran Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami tentang defenisi dari holism menurut erikson, tomlin dan swain. Dan bagi pembaca yang berprofesi sebagai seorang perawat atau tenaga medis lainnya agar dapat mengetahui peranannya dalam proses holism. DAFTAR PUSTAKA George B.J. Nursing Theorist: The Base for Profesional Nursing Practice, California: Appleton & Lange. 1990. Kozier, E.B, Erb, G. L, et. All. Fundamental of Nursing: Concept, Process and Practice. 5 th ed. California: Addison-Wesley Publ. 1995. Marriner-Tommey, A. Nursing Theorist and Their Work, 3rd ed. St. Louis: Mosby Company. 1994.

0 comments:

Post a Comment